Karakteristik dan Kemampuan Fertilisasi In Vitro Spermatozoa Domba yang Berasal dari Kauda Epididimis dan Ejakulat

RINGKASAN


Materi genetik baik dari hewan yang mempunyai nilai ekonomis, terancam punah atau populasinya yang semakin sedikit maupun satwa liar bisa hilang kapan saja oleh kematian hewan secara tak terduga, libido yang rendah maupun gangguan saluran reproduksi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari hilangnya materi genetik hewan secara keseluruhan adalah dengan cara menyelamatkan materi genetik tersebut untuk dapat digunakan kembali melalui aplikasi teknologi. Salah satu kemungkinan yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian plasma nutfah dari gamet jantan yaitu melalui penyelamatan dan pemanfaatan spermatozoa dari kauda epididimis setelah kematian hewan (postmortem). Bertolak dari hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik spermatozoa dari kauda epididimis domba dan kemampuannya untuk memfertilisasi oosit secara in vitro setelah dibekukan. Spermatozoa dari ejakulat digunakan sebagai kelompok kontrol.
Pada penelitian tahap I, proses kriopreservasi spermatozoa dari kauda epididimis dan ejakulat menggunakan medium Niwa dan Sasaki Freezing (NSF) sebagai bahan pengencer dilakukan dengan metode two-step freezing. Komposisi medium freezing I (NSF I) terdiri dari 20% (v/v) kuning telur, 8,8% (w/v) laktosa dan 200 μg/ml ampicillin, sedangkan medium freezing II (NSF II) terdiri dari 92,52% (v/v) medium freezing I, 1,48% (v/v) Orvus ES Paste dan 6% (v/v) gliserol. Karakteristik spermatozoa yang diamati meliputi persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran dari kauda epididimis dan ejakulat yang dievaluasi sebelum dan setelah dibekukan. Pada penelitian tahap II, oosit hasil seleksi dimaturasi dalam Tissue Culture Medium (TCM) 199 ditambahkan 5% Fetal Bovine Serum (FBS), 2 IU/ml Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG), 2 IU/ml human Chorionic Gonadotrophin (hCG), 0,06 g/l penicillin  dan 0,1 g/l streptomycin. Oosit matang selanjutnya di fertilisasi in vitro menggunakan spermatozoa dari kauda epididimis domba dan ejakulat setelah pembekuan. Penentuan tingkat kemampuan fertilisasi in vitro spermatozoa domba setelah pembekuan dilakukan berdasarkan pembentukan dan jumlah pronukleus (PN). Oosit yang telah mengalami fertilisasi ditandai dengan terbentuknya dua pronukleus (jantan dan betina, 2PN) atau lebih (>2PN) dalam sitoplasma oosit. Tingkat fertilisasi merupakan perbandingan antara jumlah oosit yang dibuahi (membentuk dua atau lebih pronukleus) dengan jumlah keseluruhan oosit yang difertilisasi.
Data yang diperoleh pada penelitian tahap I menunjukkan bahwa karakteristik spermatozoa dari kauda epididimis segera setelah dikoleksi tidak berbeda dengan spermatozoa dari ejakulat (P>0,05). Motilitas spermatozoa kauda epididimis lebih rendah dari spermatozoa ejakulat setelah equlibrasi ke-2 (65,00±3,54% vs 72,00±4,47%) dan setelah dibekukan (post-thawing) (48,00±4,47% vs 54,00±2,24%) (P<0,05). Akan tetapi spermatozoa dari kauda epididimis mempunyai integritas membran yang lebih tinggi pada tahap post-thawing dari spermatozoa ejakulat (75,38±9,32% vs 65,54±11,88%) (P<0,05). Sedangkan pada penelitian tahap II, berdasarkan pembentukan pronukleus setelah fertilisasi in vitro didapatkan hasil bahwa tingkat fertilisasi spermatozoa dari kauda epididimis (61,40%, 42,98%, 18,42%, berturut-turut untuk total, normal, dan polispermia) tidak berbeda dengan spermatozoa ejakulat (66,67%, 48,78%, 17,89%, berturut-turut untuk total, normal, dan polispermia) (P>0,05). Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa segera setelah dikoleksi, spermatozoa dari kauda epididimis mempunyai karakteristik yang sama dengan spermatozoa dari ejakulat. Walaupun setelah pembekuan motilitas spermatozoa kauda epididimis lebih rendah dari spermatozoa ejakulat, spermatozoa kauda epididimis mempunyai kemampuan memfertilisasi oosit yang sama dengan spermatozoa ejakulat.


Kata kunci : spermatozoa, kauda epididimis, ejakulat, fertilisasi in vitro, domba

0 komentar:

Posting Komentar