POTENSI DAN KUALITAS SEMEN KAMBING DALAM RANGKA APLIKASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

Produktivitas kambing lokal relatif masih rendah dibandingkan bangsa kambing yang berasal dari daerah sub-tropis Upaya untuk meningkatkan produktivitasnya melalui persilangan (cross breeding) dengan genotipe kambing unggul, yang salah satu pendekatannya melalui aplikasi teknologi Inseminasi Buatan (IB). Guna menunjang penerapan IB, perlu adanya ketersediaan semen kambing secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan evaluasi karakteristik semen, kualitas semen segar beberapa jenis kambing yang ada di Indonesia rata-rata berpotensi dan memenuhi syarat untuk proses pembekuan. Daya hidup spermatozoa dalam semen segar sangat terbatas, karena itu usaha untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa dapat dilakukan dengan menurunkan suhu ke -5 °C (semen dingin) maupun beku (-196 °C). Upaya optimasi
proses pembekuan semen dilakukan dengan penggunaan bahan pengencer Tris dan gliserol 6%, ekulibrasi pada suhu 4-5 °C selama 4 jam, penguapan di atas permukaan N2 cair selama 4-5 menit sebelum straw disimpan dalam kontainer N2 cair yang bertemperatur -196 °C dan thawing pada suhu 37°C selama 30 detik memberikan tingkat motilitas yang masih tinggi yaitu 52,60% dengan daya hidup spermatozoa 65,03%. Kualitas semen cair dengan motilitas 58-70% dan daya hidup spermatozoa 69-86% menjadi alternatif dalam penerapan IB di lapangan, dimana semen yang diberi pengencer dapat disimpan selama 8 hari pada suhu 5°C dengan fertilitas konsepsi terbaik selama 24-48 jam setelah penyimpanan. 

Kata kunci : kambing, kualitas semen, semen beku, semen cair dan IB

0 komentar:

Posting Komentar