Kambing Gembrong: Selamatkan Kami Dari Kepunahan
Kambing Gembrong merupakan Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) jumlahnya di seluruh Indonesia kurang dari 50 ekor. Kondisi ini menurut ‘Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan SDGT’ termasuk dalam populasi kritis karena jumlah betina dewasa kurang dari 100 ekor. Dari World Watch List for domestic animal diversity dilaporkan bahwa pada tahun 1997 populasinya ada 100 ekor dan cenderung terus menurun.
Sehubungan dengan itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Diretorat Perbibitan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan berinisiasi untuk melaksanakan pertemuan koordinasi pengelolaan sumberdaya genetik kambing Gembrong, dengan melibatkan seluruh pengemban kepentingan yang terkait. Acara dilaksanakan di ruang pertemuan BPTP Bali, pada tanggal 10 Juli 2012 dan dibuka oleh Wakil Bupati Karangasem.
Untuk mendukung kegiatan pelestarian dan pemanfaatan kambing Gembrong tersebut Lembaga litbang seperti Puslitbangnak, Puslit Bioteknologi LIPI dan BPTP Bali, serta Perguruan Tinggi (Univ. Udayana, IPB, UNPAD), sesuai dengan tupoksinya masing-masing telah diusulkan rencana pelestarian kambing Gembrong. Agar tidak terjadi tumpang-tindih atau tertinggalnya beberapa kegiatan seperti yang diamanatkan PP 48/2011, kegiatan ini perlu dilakukan secara terkoordinasi. Untuk itu telah diputuskan bahwa DirBit (Ditjen PKH) sebagai koordinator dan Ka Puslitbangnak sebagai wakil koordinator.
Sumber: Puslitbangnak
Hormon Progesteron yang Berasal dari Tanaman Dapat Meningkatkan Reproduksi
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Teknologi penyerentakan birahi untuk meningkatkan reproduksi ternak ruminansia sudah lama dilakukan. Hasil penelitian penyerentakan dengan metoda modiflkasi spons progesteron hasil inovasi teknologi dari fluorogeston asetat telah terbukti memberikan hasil yang sama dengan produk komersial yang di impor. Modiflkasi spons progesteron yang telah didapat masih relatif mahal terutama apabila digunakan oleh peternak kecil. Oleh karena itu diusahakan dicari bahan yang berasal dari tanaman. yang diduga mengandung steroid sebagai pembentuk progesteron dan memiliki fungsi yang sama dengan bahan komersial yang di impor.
Dari studi literatur dan hasil kegiatan penelitian telah diperoleh beberapa jenis tanaman yang mengandung steroid solasodin sebagai bahan aktif pembentuk progesterone dan perlu dicari metoda ekstraksi untuk mendapatkan bahan dimaksud untuk mengetahui kadar dan teknologi isolasinya. Dengan diperolehnya informasi kandungan steroid solasodin dalam tumbuhan tertentu (dalam hal ini terong) dan teknologi ektraksinya dapat dijadikan terobosan untuk program penyerentakan berahi, sehingga dapat meningkatkan reproduksi ternak yang akhirnya dapat meningkatkan produksi. Selain itu, telah pula diperoleh solasodin kasar dari tanaman terong (Solarium khasianwri) yang diteruskan dengan kristalisasi dan pemurnian pada kegiatan penelitian selanjutnya.
Dari hasil penelitian lanjutan tersebut telah didapatkan solasodin kasar dari tanaman terong dengan kandungan bahan aktif solasodin sebesar 67,46% yang dengan tahap kristalisasi dan pemurnian dihasilkan kandungan bioaktif sampai dengan 84,78%. Hasil ini akan diteruskan dengan reaksi sintesa solasodin untuk mendapatkan. Dengan diperolehnya progesteron alami diharapkan dapat menekan proses penyerentakan birahi yang selama ini menggunakan bahan impor dan dapat meningkatkan reproduksi ternak.
Boerka: Kambing Unggul Silangan Boer dan Kacang
Kawin silang (crossbreeding) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas ternak secara cepat. Melalui cara ini, telah dihasilkan kambing unggul Boerka, hasil persilangan pejantan Boer (tipe pedaging) dengan induk kambing Kacang (tipe prolifik, beranakbanyak). Kambing hasil silangan ini lebih unggul dibanding kambing lokal, yaitu pertumbuhannya cepat dan bobot tubuhnya lebih besar. Daya adaptasi terhadap lingkungan tropik-basah pun sangat baik.
Tabel 1. Bobot tubuh kambing Boerka dan Kacang umur 3-18 bulan.
Umur (bulan) | Bobot tubuh (kg) | |||
Jantan | Betina | |||
Boerka | Kacang | Boerka | Kacang | |
O(lahir) | 2,2-2,8 | 1,5-2,0 | 2,0-2,6 | 1,4-1,7 |
3 | 9-15 | 6,7-8,7 | 8-12 | 6,4-7,8 |
6 | 16-22 | 12-16 | 14-18 | 11-14 |
9 | 21-24 | 14-17 | 15-19 | 13-15 |
12 | 26-32 | 14,7-20,0 | 18-26 | 14,7-18,0 |
18 | 28-36 | 20-24 | 20-28 | 16-21 |
>18 | 38-50 | 22-30 | 28-38 | 18-24 |
Kambing Boerka rata-rata meliliki bobot lahir 42% lebih berat dibanding kambing kacang. Bobot lahir anak jantan cenderung lebih tinggi dibanding anak betina (label 1). Sejak disapih (umur 3 bulan) hingga dewasa(> 18 bulan), bobot tubuh kambing Boerka jantan rata-rata lebih tinggi 36-45% i untuk Boerka betina lebih tinggi 26-40% dibanding Kambing Kacang. Pada umur 12-18 bulan, kambing Boerka jantan mencapai bobot tubuh 26-36 kg atau memenuhi persyaratan ekspor. Dengan demikian, kambing Boerka berpotensi dikembangkan secara komersial untuk tujuan ekspor.
Tingkat pertumbuhan anak kambing Boerka prasapih rata-rata 118 g/hari, jauh lebih tinggi dibanding anak kambing Kacang yang hanya 52-70 g/hari. Laju pertumbuhan kambing Boerka selama pascasapih juga lebih tinggi dibanding kambing Kacang. Pada umur 3-6 bulan, misalnya, laju pertumbuhan kambing Boerka lebih tinggi rata-rata 42% dibanding kambing Kacang. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memungkinkan kambing Boerka mencapai bobot potong pada umur yang lebih muda.
Karkas kambing Boerka lebih baik dibanding kambing Kacang, namun kandungan nutrisi maupun sifat fisik relatif sama. Mutu karkas kambing Boerka termasuk mutu I, sama dengan kambing Kacang. Daging agak lembap, tekstur lembut dan kompak, warna merah khas daging, lemak panggul tebal, dan bau spesifik. Dengan karakteristik seperti itu, daging kambing Boerka akan diterima konsumen seperti halnya daging kambing Kacang.
Untuk mempercepat produksi dan penyebarluasan kambing Boerka, Loka Penelitian Kambing Potong membina kerja sama dengan pihak lain. Saat ini kerja sama dijalin dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara untuk jangka waktu 5 tahun. Melalui kerja sama tersebut, diharapkan kambing Boerka dapat memenuhi permintaan daging terutama di Sumatera Utara.
Sumber
Kambing Peranakan Etawah : mulai menggeliat di Prov. Sumatera Utara
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Tanjung Morawa adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dekat dengan kota Medan, Tanjung Morawa terhubung dengan Medan melalui Tol Belmera. Banyak juga orang yang menyebut Tanjung Morawa sebagai kota Industri yang banyak terdapat Industri/Pabrik salah satunya Perkebunan Nusantara II berada di kota ini. Potensi daerah ini memungkinkan berkembangnya peternakan kambing perah seperti yang dirasakan salah satunya pembudidaya kambing perah di Tanjung Morawa, prov. Sumatera Utara yaitu bapak Fendi Sei Merah Farm, saat ini mempunyai populasi
sekitar 300 ekor kambing Peranakan Etawah dari berbagai umur. Dengan jumlah induk diperah sekitar 90 ekor, maka dapat dihasilkan air susu kambing sekitar 150 liter per hari dan dijual ke 4 outlet yang ada di sekitar Tanjung Morawa, Medan. Air susu kambing yang diperah, kemudian melalui tahap pasteurisasi dan dijual dalam botol kemasan. Salah satu penjaga outlet menyatakan bahwa dalam sehari dapat menjual sekitar 50 botol @ 250 cc, dimana harga per botol adalah Rp 12.500,-. Tatalaksana diterapkan oleh pak Fendi sangatlah inovatif yaitu dengan memanfaatkan berbagai sumber pakan yang ada disekitarnya antara lain adalah daun sawit yang sudah diambil lidinya karena dipergunakan sebagai sapu, bonggol jagung, ubi kayu dan gedebok pisang, tumpi jagung dan hijauan diperoleh dari cover crop dibawah kebun karet, sementara kecukupan mineral diperoleh dari pemberian mineral blok yang tersedia setiap saat. Air susu kambing merupakan salah satu alternative sumber protein hewani yang dapat dipelihara dengan mudah di daerah perdesaan. Mempunyai kandungan berbagai vitamin dan mineral dengan konsentrasi yang tinggi misal calcium, phosphorus, potassium , vitamin B dan protein. Air susu kambing ini lebih mudah dicerna dibanding dengan air susu sapi. Kandungan kalsium yang tinggi dapat pula mencegah osteoporosis. Apabila kita meminum segelas air susu kambing, maka sudah dapat memastikan bahwa memenuhi kebutuhan 17 % dari kebutuhan protein harian, 20% riboflavin (vit B2), yang berperan
sebagai penghasil energy. The Annals of Nutrition and Metabolism (2007) melaporkan bahwa kecukupan kalsium dapat membantu pencegahan akan serangan kanker payudara , sementara kandungan yang tinggi akan potassium dapat pula membantu serangan jantung terhadap penyakit cardiovascular. Yang sangat menarik adalah sifatnya sebagai pengeliminir sifat alergi, karena adanya senyawa oligosaccharides, yang sangat mungkin berperan sehingga air susu kambing lebih mudah dicerna. Perlu diingat bahwa susu kambing dapat pula menstabilkan kadar glukosa darah, karena adanya kandungan conjugated linoleic acid (Journal Epidemiology and Community Health, 2007).
Sumber
PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan anak kambing Kosta selama periode prasapih keturunan dari induk yang berumur lebih dari 4 tahun. Penelitian dilakukan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Sebanyak 15 ekor induk kambing Kosta yang sebelumnya telah menjalani program perkawinan secara alami dan sudah bunting tua dipelihara secara intensif dalam kandang. Pengamatan biologik dilakukan mulai dari induk melahirkan sampai anak disapih umur 90 hari. Parameter yang diamati meliputi bobot induk setelah beranak, bobot lahir, bobot sapih, litter size dan mortalitas prasapih. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode linear dari paket SPSS versi 10. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot induk kambing Kosta setelah beranak pada tipe kelahiran kembar (27,17±4,37 kg) lebih tinggi dibanding tipe kelahiran tunggal (22,43±2,41 kg). Rataan bobot lahir anak pada tipe kelahiran tunggal adalah 1,72±0,17 kg lebih tinggi dibanding tipe kelahiran kembar (1,48±0,19 kg). Begitu pula rataan bobot sapih anak pada tipe kelahiran tunggal sebesar 6,69±0,61 kg lebih tinggi dibanding tipe kelahiran kembar (6,27±0,81 kg). Mortalitas prasapih kambing Kosta sebesar 31,6 % dengan rataan jumlah anak sekelahiran (litter size) sebesar 1,27.
Kata kunci : kambing, Kosta, pertumbuhan dan prasapih
ABSTRACT
A growth assessment of Kosta kids was conducted during pre weaning period obtained from older age does (more than 4 years old) at Research Institute for Goats Production Sei Putih, North Sumatra. Fifteen does of Kosta which were previously natural mated and late pregnant were intensively raised in cages. Biological obervation was carry out soon after delivered to weaning period at 90 days old. Parameters consisted body weight of does after delivering, birth weight, weaning weight, litter size and preweaning mortality rate. Data were analyzed using linear programme of SPSS version 10 method. The results showed that body weight of does twining birth type (27.17±4.37 kg) was higher that single birth type (22.43±2.41 kg). The average birth weight of single birth type was 1.72±0.17 kg higher than twining birth type (1.48±0.19 kg). The average weaning weight of single birth type (6.69±0.61 kg) was also higher than twining birth type (6.27±0.81 kg). Preweaning mortality rate was 31.6 % with litter size of 1.27.
Keyword : goat, Kosta, growth and preweaning
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SEMEN KAMBING BOER DENGAN KACANG
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Pamungkas, F.A., F. Mahmilia dan S. Elieser. 2008. Perbandingan karakteristik semen kambing boer dengan kacang
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik semen kambing boer dengan kacang telah dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Materi ternak menggunakan kambing pejantan Boer dan Kacang masing-masing sebanyak 2 ekor. Penampungan semen dilakukan 2 kali seminggu dengan menggunakan vagina buatan dan kambing betina sebagai pemancing. Evaluasi karakteristik semen meliputi volume, warna, konsistensi, gerakan massa, motilitas dan konsentrasi sperma. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji rata-rata dan untuk membandingkan karakteristik semen kambing Boer dengan Kacang digunakan uji T terhadap variabel independen menggunakan paket SPSS versi 10. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa karakteristik semen kambing Boer dan Kacang baik secara makroskopis maupun mikroskopis umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata kecuali pada konsentrasi dimana spermatozoa kambing Boer (2.975x106/ml) jauh lebih rendah dibanding dengan kambing Kacang (3.893x106/ml).
Kata kunci : kambing, semen, boer dan kacang
ABSTRACT
Pamungkas, F.A., F. Mahmilia and S. Elieser. 2008. The comparison of characteristic cement goat of boer with kacang
The research with the aim of knowing differences of characteristic of goat cement of boer and kacang was conducted at The Research Institute for Goat Production Sei Putih, North Sumatra. This research used sires of Boer and Kacang each counted 2 heads. Relocation of cement was done 2 times per week by using dummy of vagina and dams being in oestrus. The evaluation on cement characteristic consisted of volume, colour, consistency, mass movement, concentration and motility of sperm. Analysed data used mean test and comparison on cement characteristic of goat between boer and kacang used T-test package of SPSS version 10. The result showed that cement characteristic of goats of boer and kacang either through makroscopic on microscopic generally did not show differences excepting the concentration of spermatozoa of which boer goat (2,975x106/ml) was much more lower compared to kacang goat (3,893 x106/ml).
Keyword : goat, cement, boer and kacang
PENERAPAN SINKRONISASI BIRAHI KAMBING BOERKA DENGAN LOKAL DI AREAL PERKEBUNAN BERBASIS TANAMAN JERUK PADA LAHAN KERING
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Pamungkas, F.A dan M. Doloksaribu. 2008. Penerapan sinkronisasi birahi kambing boerka dengan lokal di areal perkebunan berbasis tanaman jeruk pada lahan kering
Penelitian telah dilakukan di Desa Guru Kinayan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara melibatkan empat koperator yang ditentukan melalui survey lapangan. Pemeliharaan ternak secara intensif dalam kandang dan terlebih dahulu diseragamkan masa birahinya dengan penyuntikan Reprodin produksi Bayer dengan dosis 1,25 ml/ekor secara intramuskuler. Sehubungan masih rendahnya keberhasilan IB terhadap kambing, maka dilakukan perkawinan secara alami dimana kambing pejantan Boerka dimasukkan ke dalam kelompok induk. Parameter yang diamati adalah bobot kambing betina yang akan dikawinkan dan angka persentase kebuntingan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan rancangan Mean Standart Deviasi. Hasil penimbangan ternak betina yang akan dikawinkan pada kelompok di bawah 20 Kg sebesar 38,78 persen atau sebanyak 19 ekor. Dari total 49 betina yang akan dikawinkan, sinkronisasi berahi dilakukan terhadap 30 ekor betina yang tidak bunting. Angka persentase kebuntingan terhadap ternak yang telah disinkronisasi diperoleh sebesar 76,67 persen.
Kata kunci: Boerka, Sinkronisasi birahi, Introduksi dan Persentase kebuntingan
ABSTRACT
Pamungkas, F.A., and M. Doloksaribu. 2008. Applying of oestrus synchronization in boerka goat with locally in plantation areal base on orange crop at dry farming.
This research was conducted in Guru Kinayan Village of Karo District, North Sumatera involving four determined cooperators through a field survey. Conservancy of goats was intensively in group cage and previous oestrus synchronization was conducted by Reprodin Bayer production at a dosage 1.25 ml/heads with intramuskuler. Sires of Boerka were entering into groups of local dams. Parameter observation was for body weight to be married and pregnant percentage of dams. Analysis data used Mean Standard Deviation and the result showed that dams to be married at a weigh group under 20 Kg were equal to 38.78 % or counted for 19 heads. From totally 49 dams to be married, synchronization oestrus was conducted to 30 dams that were not pregnant. Pregnant percentage of dams threating oestrus synchronization was obtained equal to 76.67 %.
Keyword: Boerka, Oestrus synchronization, Introduksi and Pregnant percentage
EVALUASI KARAKTERISTIK DAN KOLEKSI SEMEN BEKU KAMBING PLASMA NUTFAH INDONESIA (KAMBING KOSTA)
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Pamungkas, F.A. dan A. Batubara. 2007. Evaluasi karakteristik dan koleksi semen beku kambing plasma nutfah indonesia (kambing kosta)
Penelitian mengenai evaluasi karakteristik dan koleksi semen beku kambing Kosta telah dilakukan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Sehubungan masih terbatasnya jumlah pejantan, maka materi ternak yang digunakan adalah pejantan Kosta berjumlah 2 ekor. Koleksi semen dilakukan 2 kali seminggu selama 3 bulan. Parameter yang diamati adalah evaluasi karakteristik semen secara makroskopis (volume, warna dan konsistensi) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas dan konsentrasi). Analisis data menggunakan uji rata-rata dari paket SPSS versi 10. Hasil pengamatan secara makroskopis diperoleh volume semen kambing Kosta 0,69±0,13 ml/ejakulat, warna putih susu sampai krem dengan konsistensi encer sampai kental. Sedangkan pengamatan secara mikroskopis diperoleh motilitas sebesar 75,71±9,66%, konsentrasi spermatozoanya 2.628±138 x 106/ml dan gerakan massanya 71,4% mempunyai kualitas sangat baik (+++). Jumlah straw semen beku kambing Kosta yang terkoleksi selama penelitian sebanyak 65 straw.
Kata kunci: kambing, kosta dan karakteristik semen
ABSTRACT
Pamungkas, F.A. dan A. Batubara. 2007. Characteristic evaluation and frozen cement collection plasma nutfah of goats in indonesia (kosta goats)
The research who concerning characteristic evaluation and frozen cement collection of Kosta goats have been conducted in Research Institute for Goat Production Sei Putih, North Sumatra. Due to still the limited amount of buck, this research used 2 buck of Kosta. Cement collection conducted by 2 times one week during 3 months. The parameter of this research is characteristic evaluation cement by makroskopic (volume, consistency and colour) and microscopic (mass movement, concentration and motility). Data analysis used mean standard deviation of SPSS version 10. The result showed that volume cement of Kosta 0,69±0,13 ml/ejakulat, milk white colour until krem with watery consistency jell. While perception microscopic obtained that motility equal to 75,71±9,66%, spermatozoa concentration 2.628±138 x 106/ml. and mass movement 71,4% having quality very good (+++). Amount of frozen cement collection of Kosta goats during research counted 65 straw.
Key words: goats, kosta and cement characteristic
KORELASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK MENYUSUI DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP ANAK HASIL PERSILANGANNYA DENGAN PEJANTAN BOER
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Pamungkas, F.A. 2007. Korelasi bobot hidup kambing kacang induk menyusui dengan pertambahan bobot hidup anak hasil persilangannya dengan pejantan boer
Penelitian telah dilaksanakan untuk mengetahui korelasi bobot hidup kambing kacang induk menyusui dengan pertambahan bobot hidup anak hasil persilangannya dengan pejantan boer. pengamatan dilakukan terhadap kacang Kacang induk menyusui sebanyak 38 ekor sampai penyapihan umur 3 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap bobot hidup kambing kacang induk dan anak hasil persilangannya dengan pejantan Boer setiap bulannya. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi sederhana yang dilakukan terhadap data bobot hidup induk dan anak. Hasil pengamatan menunjukkan adanya penurunan bobot hidup kambing Kacang induk selama menyusui yaitu rataan bobot awal dan akhir menyusui (penyapihan) adalah 22,49 dan 21,57 Kg. Penurunan bobot hidup kambing Kacang induk tertinggi terjadi pada saat 30 hari pertama masa menyusui (9,87 persen). Berbeda halnya pada anak kambing, pertumbuhan anak sejak dilahirkan sampai dengan disapih tertinggi terjadi pada hari ke-30 hingga mencapai 100,48 persen dan terus menurun sampai hari ke-90. Hubungan kedua perubahan bobot hidup antara induk saat menyusui dengan bobot hidup anak mempunyai hubungan yang negatif (r = -0,42), sehingga setiap perubahan kondisi tubuh induk selama menyusui yang ditunjukkan dengan penurunan bobot hidup akan diikuti kenaikan bobot hidup anak.
Kata kunci: Kambing kacang induk, anak persilangan, bobot hidup dan korelasi
ABSTRACT
Pamungkas, F.A. 2007. The correlation of the lactating doe of Kacang body weight with daily gain of child crossbreed with buck of boer
The research aims at finding out to know the correlation of the lactating doe of Kacang body weight with daily gain of child crossbreed with buck of boer. The observation was conducted on 38 heads of lactating doe of Kacang until the weaning time at the age 3 months and the parameters measured were body weight per month. Analyzing data was conducted by using simple correlation test and those are the body weights of doe and child. The result showed that there were decreases in doe body weights during lactating period, i.e. the average body weight at the beginning and weaning were 22.49 and 21.57 Kg. Degradation of body weight of doe highest happened at the time of 30 days a period of lactating (9.87%). Differ the things of child, growth of child since borne up to weaned highest happened at the time of 30 days reach 100.48% and continue downhill until day of ke-90. The changing in goat body weight has negative correlation (r = - 0,42), so the decrease in doe body weight during lactating will be follow by an increase in child growth during lactation.
Keyword: doe of Kacang, crossbreed, body weight and correlation
FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Pamungkas, F.A. dan F. Mahmilia. 2007. Fluktuasi bobot hidup kambing kacang induk yang dikawinkan dengan pejantan boer dari kawin sampai anak lepas sapih
Penelitian telah dilaksanakan untuk mengetahui fluktuasi bobot hidup kambing Kacang betina yang dikawinkan dengan pejantan boer dari kawin sampai penampilan anak lepas sapih di stasiun percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Total ternak diamati sebanyak 54 kambing kacang induk. Pengamatan selama penelitian terhadap bobot hidup induk kambing kacang pada saat kawin, lahir sampai penampilan anak disapih (umur 3 bulan) diamati setiap bulannya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot hidup kambing kacang induk yang dikawinkan dengan pejantan Boer dari saat kawin sampai bunting bulan ke-4 menunjukkan peningkatan dengan rataan 5,31 kg atau sebesar 29,24 persen Sedangkan perubahan bobot hidup kambing kacang induk dan anak hasil persilangannya dengan pejantan Boer dari lahir sampai lepas sapih menunjukkan bahwa adanya perbedaan peningkatan yang sangat mencolok apalagi pada umur 1 bulan setelah kelahiran dimana pada anak terjadi peningkatan bobot hidup yang mencapai 100,48 persen, sedangkan pada induk terjadi penurunan bobot hidup sebesar 5,67 persen.
Kata kunci: kambing induk, bobot hidup dan persilangan
ABSTRACT
Pamungkas, F.A. and F. Mahmilia. 2007. Weight fluctuation of doe of kacang who crossing with buck of boer from marrying until weaning
A study was conducted at Research Institute for Goat Production Sei Putih, North Sumatera to know weight fluctuation of doe of Kacang who crossing with buck of boer from marrying until weaning. Total which is observation counted 54 doe of Kacang. Perception during research to weight of doe of Kacang at the time of marrying, at the time of child born until weaning per month. Result of perception indicate that Weight live crossing doe of Kacang with buck of Boer of moment marry pregnant until age 4 month showing the make-up of with 5,31 kg or equal to 29,24 percent. While change weight of doe of Kacang and child until weaning indicated differences which is very strike more than anything else at age one month of postnatal where weight live at child happened the make-up until 100,48 percent, while at doe of Kacang happened degradation of weight live equal to 5,67 percent.
Keyword: doe, weight live and crossbreed
Kontak Person
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
2
komentar
Fitra Aji Pamungkas, S.Pt.,M.Si.
Peneliti Fisiologi & Reproduksi Ternak
Alamat Kantor:
Loka Penelitian Kambing Potong
Sei Putih Po. Box. I Galang
Deli Serdang - Sumatera Utara 20585
Telp : 061-7980270
Fax : 061-7980013
Alamat Rumah :
1. Kompleks Loka Penelitian Kambing Potong
2. Bumi Telukjambe Blok W/183 RT.01 RW.12 Telukjambe Timur
Karawang - Jawa Barat 41361
HP. 087868251828
Pin BB : 27F41B73
E-mail : fitrap@yahoo.com
HUBUNGAN BOBOT INDUK SAAT MELAHIRKAN DENGAN BOBOT LAHIR DAN LITTER SIZE KAMBING PERSILANGAN KACANG X BOER
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, PO BOX 1 Galang 20585
ABSTRAK
Pamungkas, F.A., F. Mahmilia, S. Elieser dan M. Doloksaribu. 2005. Hubungan bobot induk saat melahirkan dengan bobot lahir dan litter size kambing persilangan kacang x boer
Penelitian telah dilaksanakan untuk mengetahui hubungan bobot induk saat melahirkan dengan bobot lahir dan litter size kambing persilangan kacang x boer di stasiun percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Total yang diobservasi sebanyak 35 induk kambing hasil persilangan kambing kacang dengan pejantan boer. Bobot induk ditimbang pada saat setelah melahirkan, demikian pula bobot lahir anak ditimbang pada saat setelah dilahirkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot induk saat melahirkan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap bobot lahir anak, dimana semakin besar bobot induk saat melahirkan maka semakin besar pula bobot lahir anak. Begitu pula terhadap litter size, bobot induk saat melahirkan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap litter size. Kata kunci: bobot induk, bobot lahir, litter size dan persilangan ABSTRACT Pamungkas, F.A., F. Mahmilia, S. Elieser and M. Doloksaribu. 2005. Relation of weight moment nanny bearing with weight born and litter size goat crossing kacang x boer. A study was conducted at Research Institute for Goat Production Sei Putih, North Sumatera to evaluate relation of weight moment nanny bearing with weight born and litter size goat crossing kacang x boer. Total which is observation counted 35 nanny goat result of crossing kacang with boer goat. Weight nanny goat deliberated at the time of after bearing, that way also weight born deliberated at the time of after born. The result shows that weight born significanly (p<0.01) affected of weight moment nanny goat bearing, where is ever greater of weight moment nanny goat bearing hence ever greater also weight born. So also to litter size significanly (p<0.05) affected of weight moment nanny goat bearing.
Keyword: weight of nanny goat, weight born, litter size and crossbreed
RESPON FISIOLOGI KAMBING BOER PADA KONDISI IKLIM TROPIS BASAH
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Penelitian untuk mengetahui respon fisiologi kambing boer pada kondisi iklim tropis basah, telah dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. Materi yang digunakan adalah kambing Boer dan Kacang yang masing-masing terdiri atas 5 ekor jantan dewasa dan 5 ekor betina dewasa yang ditempatkan dalam kandang individu. Parameter yang diukur adalah suhu rektal, frekuensi pernafasan dan denyut jantung saat pagi (jam 06.30-08.00) dan siang (jam 13.00-14.30) selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu rektal Kambing Kacang pada pagi hari lebih rendah dibanding Kambing Boer (p0,05). Sedangkan bila dilihat pada siang hari, suhu rektal antara Kambing Boer dan Kacang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p0,05). Frekuensi pernapasan Kambing Boer pada pagi hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p0,05) dengan Kambing Kacang. Berbeda dengan pada waktu siang hari, frekuensi pernapasan Kambing Boer lebih rendah dibanding Kambing Kacang (p0,05). Sedangkan dalam hal denyut jantung, Kambing Boer pada pagi hari dan siang hari lebih rendah dibanding Kambing Kacang (p0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa Kambing Boer cukup beradaptasi pada kondisi iklim tropis basah.
Kata Kunci : Kambing, Suhu Rektal, Frekuensi Pernapasan, Denyut Jantung
PEMANFAATAN KRIOPRESERVASI OOSIT PADA MAMALIA MELALUI METODE VITRIFIKASI
Teknik kriopreservasi oosit merupakan suatu cara untuk menyimpan oosit dalam bentuk beku yang bertujuan untuk menyimpan, pemeliharaan, menjamin dan mempertahankan kelangsungan hidup sel. Vitrifikasi merupakan metode kriopreservasi yang semakin popular dalam bidang reproduksi dan masih sulit dilakukan karena ukuran, bentuk dan jumlah sel oosit, disamping kejutan osmotik dan fraktur. Upaya perbaikan metode dan teknik vitrifikasi mencakup konsep pengurangan konsentrasi dari krioprotektan, peningkatan tingkat pendinginan dan pengenceran kembali, pemulihan meiosis spindle, dan waktu fertilisasi. Larutan vitrifikasi yang terdiri dari 15%(v/v) EG, 15% (v/v) dimethylsulfoxide (DMSO) atau 1,2-propanediol (PROH), dan 0,5 mol/L sukrosa mempunyai kadar toksik rendah dan dapat digunakan untuk vitrifikasi. Pada vitrifikasi, pretreatment dilakukan pada temperatur 37 °C selama 2-3 menit dengan waktu pemaparan 20-30 detik. Sedangkan pada suhu kamar, pretreatment dilakukan 5-15 menit dengan waktu pemaparan 30-60 detik. Proses pengenceran kembali dapat dilakukan dengan perendaman langsung straw ke dalam air dengan penempatan straw di udara selama 5 detik sebelum perendaman atau pada temperatur 37 °C. Sedangkan waktu fertilisasi dilakukan pada 2-3 jam setelah thawing dan inkubasi untuk memberikan waktu bagi oosit melakukan pemulihan spindle yang berperan penting dalam kesuksesan program kriopreservasi oosit.
POTENSI DAN KUALITAS SEMEN KAMBING DALAM RANGKA APLIKASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN
Diposting oleh
Fitra Aji Pamungkas
0
komentar
Produktivitas kambing lokal relatif masih rendah dibandingkan bangsa kambing yang berasal dari daerah sub-tropis Upaya untuk meningkatkan produktivitasnya melalui persilangan (cross breeding) dengan genotipe kambing unggul, yang salah satu pendekatannya melalui aplikasi teknologi Inseminasi Buatan (IB). Guna menunjang penerapan IB, perlu adanya ketersediaan semen kambing secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan evaluasi karakteristik semen, kualitas semen segar beberapa jenis kambing yang ada di Indonesia rata-rata berpotensi dan memenuhi syarat untuk proses pembekuan. Daya hidup spermatozoa dalam semen segar sangat terbatas, karena itu usaha untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa dapat dilakukan dengan menurunkan suhu ke -5 °C (semen dingin) maupun beku (-196 °C). Upaya optimasi
Karakteristik dan Kemampuan Fertilisasi In Vitro Spermatozoa Domba yang Berasal dari Kauda Epididimis dan Ejakulat
Materi genetik baik dari hewan yang mempunyai nilai ekonomis, terancam punah atau populasinya yang semakin sedikit maupun satwa liar bisa hilang kapan saja oleh kematian hewan secara tak terduga, libido yang rendah maupun gangguan saluran reproduksi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari hilangnya materi genetik hewan secara keseluruhan adalah dengan cara menyelamatkan materi genetik tersebut untuk dapat digunakan kembali melalui aplikasi teknologi. Salah satu kemungkinan yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian plasma nutfah dari gamet jantan yaitu melalui penyelamatan dan pemanfaatan spermatozoa dari kauda epididimis setelah kematian hewan (postmortem). Bertolak dari hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik spermatozoa dari kauda epididimis domba dan kemampuannya untuk memfertilisasi oosit secara in vitro setelah dibekukan. Spermatozoa dari ejakulat digunakan sebagai kelompok kontrol.
Pada penelitian tahap I, proses kriopreservasi spermatozoa dari kauda epididimis dan ejakulat menggunakan medium Niwa dan Sasaki Freezing (NSF) sebagai bahan pengencer dilakukan dengan metode two-step freezing. Komposisi medium freezing I (NSF I) terdiri dari 20% (v/v) kuning telur, 8,8% (w/v) laktosa dan 200 μg/ml ampicillin, sedangkan medium freezing II (NSF II) terdiri dari 92,52% (v/v) medium freezing I, 1,48% (v/v) Orvus ES Paste dan 6% (v/v) gliserol. Karakteristik spermatozoa yang diamati meliputi persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran dari kauda epididimis dan ejakulat yang dievaluasi sebelum dan setelah dibekukan. Pada penelitian tahap II, oosit hasil seleksi dimaturasi dalam Tissue Culture Medium (TCM) 199 ditambahkan 5% Fetal Bovine Serum (FBS), 2 IU/ml Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG), 2 IU/ml human Chorionic Gonadotrophin (hCG), 0,06 g/l penicillin dan 0,1 g/l streptomycin. Oosit matang selanjutnya di fertilisasi in vitro menggunakan spermatozoa dari kauda epididimis domba dan ejakulat setelah pembekuan. Penentuan tingkat kemampuan fertilisasi in vitro spermatozoa domba setelah pembekuan dilakukan berdasarkan pembentukan dan jumlah pronukleus (PN). Oosit yang telah mengalami fertilisasi ditandai dengan terbentuknya dua pronukleus (jantan dan betina, 2PN) atau lebih (>2PN) dalam sitoplasma oosit. Tingkat fertilisasi merupakan perbandingan antara jumlah oosit yang dibuahi (membentuk dua atau lebih pronukleus) dengan jumlah keseluruhan oosit yang difertilisasi.
Data yang diperoleh pada penelitian tahap I menunjukkan bahwa karakteristik spermatozoa dari kauda epididimis segera setelah dikoleksi tidak berbeda dengan spermatozoa dari ejakulat (P>0,05). Motilitas spermatozoa kauda epididimis lebih rendah dari spermatozoa ejakulat setelah equlibrasi ke-2 (65,00±3,54% vs 72,00±4,47%) dan setelah dibekukan (post-thawing) (48,00±4,47% vs 54,00±2,24%) (P<0,05). Akan tetapi spermatozoa dari kauda epididimis mempunyai integritas membran yang lebih tinggi pada tahap post-thawing dari spermatozoa ejakulat (75,38±9,32% vs 65,54±11,88%) (P<0,05). Sedangkan pada penelitian tahap II, berdasarkan pembentukan pronukleus setelah fertilisasi in vitro didapatkan hasil bahwa tingkat fertilisasi spermatozoa dari kauda epididimis (61,40%, 42,98%, 18,42%, berturut-turut untuk total, normal, dan polispermia) tidak berbeda dengan spermatozoa ejakulat (66,67%, 48,78%, 17,89%, berturut-turut untuk total, normal, dan polispermia) (P>0,05). Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa segera setelah dikoleksi, spermatozoa dari kauda epididimis mempunyai karakteristik yang sama dengan spermatozoa dari ejakulat. Walaupun setelah pembekuan motilitas spermatozoa kauda epididimis lebih rendah dari spermatozoa ejakulat, spermatozoa kauda epididimis mempunyai kemampuan memfertilisasi oosit yang sama dengan spermatozoa ejakulat.
Kata kunci : spermatozoa, kauda epididimis, ejakulat, fertilisasi in vitro, domba
Langganan:
Postingan (Atom)